Sifat sifat Meter Listrik


BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Dalam sifat-sifat meter listrik ini kita akan mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian dan kita dapat mengetahui perbandingan antara rangkaian paralel dan rangkaian seri. Di dalam sifat-sifat meter listrik ini juga dapat mengetahui hukum ohm dan penggunaan ohmmeter. Hukum ohm adalah Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-laras dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tersebut.
                 Sumber ggl berupa baterai atau generator. Konduktor berupa kawat yang memberikan resistansi rendah pada arus. Resistor beban mewakili sebarang alat yang menggunakan energy listrik. Alat pengendalian dapat berupa saklar atau alat pelindung seperti sekring, pemutus arus dan lain-lain. Komponen tahanan atau rangkaian yang sedang dalam pengukuran, dapat diukur dengan cara dibandingkan.pada rangkain yang akn diuji, perlu dilengkapi sunber tegangan yang tetap, walaupun pada ohm-meternya sendiri sudah dilengkapi dengan sumber tegangan. Pada umumnya, ohm-meter dapat dihubungkan dalam dua bentuk sanbungan yaitu ohm-meter dengan sambungan seri dan yang kedua ohm-meter dengan sambungan paralel.Pada umumnya sebuah ohm-meter mempunyai lebih dari satu batas ukur
Penting  : suatu rangkaian lengkap atau rangkaian tertutup adalah jalur tak terputus untuk arus, dari sumber ggl, mengalir melalui beban, dan kembali ke sumbernya, suatu rangkaian disebut rangkaian terbuka jika tidak terdapat jalur tertutup bagi arus untuk dapat kembali ke sumbernya. Simbol ground (tanah) sering digunakan untuk menunjukkan bahwa sejumlah kawat dihubungkan dengan titik sekutu dalam suatu rangkaian. Resistansi adalah perlawanan terhadap aliaran arus. Sebuah resistor adalah komponen yang nilai perlawanannya terhadap arus telah diketahui. Resistansi diukur dalam ohm. suatu rangkaian lengkap atau rangkaian tertutup adalah jalur tak terputus untuk arus, dari sumber ggl, mengalir melalui beban,
             
1.2 Tujuan Percobaan
1.      Untuk mengetahui hukum Ohm.
2.      Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus yng mengalir dalam sebuah rangkaian.
  1. Untuk mengetahui perbandingan antara rangkaian paralel dan rangkaian seri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rangkaian listrik (Inggris: electrical circuit) adalah sambungan dari bermacam-macam elemen listrik pasif seperti resistor, kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber arus, dan saklar (switch). Istilah sirkuit listrik sedikit dibedakan dari jaringan listrik (electrical network atau electrical distribution network), di mana jaringan listrik membahas penggunaan sirkuit listrik dalam skop yang lebih luas seperti dalam jaringan distribusi pembangkit listrik dari generator pembangkit sampai pada pelanggan listrik di masing-masing rumah. Sebetulnya kedua macam rangkaian ini menggunakan prinsip dasar yang sama, hanya dalam jaringan listrik dibahas mengenai jalur transmisi yaitu mengenai sifat kabel pada frekuensi tinggi. Sirkuit listrik ini sering dibahas dan dianalisis dalam tiga macam respons (tanggap waktu): respons-nya terhadap arus atau tegangan DC (Direct Current, atau arus batrei misalnya), respons-nya terhadap arus atau tegangan AC (Alternating Current, seperti arus PLN misalnya), dan respons-nya terhadap waktu transien. Listrik arus DC sering dikenal juga sebagai listrik arus searah, dan listrik arus AC diartikan juga sebagai listrik arus bolak-balik
Marilah kita ukur arus i dan menggambarkannya terhadap V. Garis lurus yang dihasilkan berarti bahwa hambatan penghantar ini adalah sama tak perduli berapapun tegangan yang dipakaikan yang kita gunakan untuk mengukur arus tersebut. Hasil penting ini, yang berlaku untuk penghantar-pengahntar logam, dikenal sebagai hukum Ohm (ohm’s Law). Kita menganggap bahwa temperatur  penghantar pada pokoknya adalah konstan selama seluruh pengukuran.
Kita menekankan bahwa hubungan V =iR bukanlah merupakan sebuah pernyataan hukum ohm. Sebuah penghantar menuruti hukum ini hanya jika kurva V-i-nya adalah linier, yakni , jika R tak tergantung dari V dan i. Hubungan R = V/i tetap sebagai definisi umum dari hambatan sebuah penghantar tak peduli apakah penghantar tersebut memnuhi hukum ohm atau tidak.
            Seperti yang telah kita katakan dahulu, bahwa hukum Ohm bukanlah merupakan sebuah hukum fundamental dari keelekektromagnetan karena hukum tersebuat bergantung pada sifat-sifat medium penghantar. Bentuk hukum tersebuat adalah sangat sederhana, dan adalah merupakan hal yang aneh bahwa banyak penghantar yang menuruti hukum tersebut dengan baik, sedangkan penghantar-penghantar yang lain tidak menuruti hukum tersebut sama sekali. Di dalam sebuah logam maka elektron-elektron valensi tidak terikat ke atom-atom individu tetapi bebas bergerak di dlam kisi-kisi dan dinamakan elektron-elektron konduksi. Di dalam tembaga ada sebuah elektron
seperti itu per atom, dan ke 28 elektron yang lainnya tetap terikat ke inti tembaga untuk membentuk
teras ion.
            Elektron-elektron terus-menerus bertumbukan dengan inti-inti ion penghantar, yakni elektron-elektron berinteraksi dengan kisi-kisi, dan seringkali mengalami perubahan laju dan perubahan arah secara tiba-tiba. Tumbukan-tumbukan ini mengingatkan kita akan tumbukan-tumbukan molekul gas yang dibatasi di dalam sebuah wadah. Seperti halnya di dalam kasus tumbukan molekul, maka kita dapat menjelaskan tumbukan elektronkisi-kisi dengan menggunakan lintasan bebas rata-rata λ, di mana λ adalah jarak rata-rata yang ditempuh elektron di antara tumbukan-tumbukan. Bila kita memakaikan sebuah medan listrik kepada sebuah logam, maka elektron-elektron akan mengubah gerakannya yang sembarang sedemikan rupa sehingga elektron-elektron tersebuat akan hanyut (menyimpang) secara lambat-lambat, di dalam arah yang berlawanan dengan arah medan, dengan laju penyimpangan rata-rata sebesar Vd.               (Halliday, 1984)
Bahan konduktor yang baik adalah bahan yang mudah mengalirkan arus listrik, umumnya terdiri dari logam dan air. Kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik ditunjukkan oleh besarnya harga konduktivitas listrik atau daya hantar listrik bahan tersebut. Kebalikkan dari harga konduktivitas listrik suatu bahan adalah resistivitas atau hambatan jenis, dengan simbol  (rho). Bahan konduktor memiliki resistivitas yang rendah
  - - - - - - - -  - - - - -  - - - - -  - - - -  - -(1)
Untuk bahan konduktor, resistivitasnya berbanding lurus dengan suhu. Tetapi pada suhu mendekati titik nol absolut ( 0 K ), resisvitivitasnya bahan konduktor juga mendekati nol. Kemiringan (slope) dari hubungan linear ini ditunjukkan oleh koefisien suhu hambatan listrik dari bahan bersangkutan. Koefisien suhu hambatan listrik bahan konduktor (logam) nilainya adalah positif, sehingga logam-logam pada umumnya dinamakan jenis PTC (Positive Temperature Coefficient of Resistivity). Hubungan resistivitas  dengan suhu absolut T ditunjukkan oleh persamaan dibawah ini
    - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - (2)
                Dimana  :                                                                    
 = resistivitas pada suhu T ( Kelvin)
   = resistivitas pada suhu referensi (biasanya  atau 293,16 K)
   = suhu referensi
 = koefisien suhu hambatan listrik.Kemampuan bahan untuk menahan arus listrik yang mengalir melalui penampang bahan ditunjukkan oleh harga hambatan listriknya, dengan simbol R
Dengan persamaaan:

                                                                           - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  (3)
                Dimana R = hambatan listrik (Ohm)
                                 = resistivitas ( Ohm . m)
                        L = panjang (m)
            A = luas penampang bahan ( )
Arus listrik (I) didefenisikan sebagai kecepata aliran muatan listrik positif   , 
           sehingga uraian secara mikroskopisnya adalah
    - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (4)
Dimana
   = jumlah muatan listrik negatif atau jumlah electron bebas per satuan volume,
               = muatan electron = -1,602    C
               = kecepatan aliran muatan = kecepatan perpindahan (drift velocity) (m/s),
               = luas penampang aliran )
Satuan untuk besaran arus listrik, didalam system SI skala besar (MKS) adalah Coulomb per sekon atau Ampere (dengan symbol satuan A).
Kecepatan perpindahan v (atau ) arahnya berlawanan dengan arah vector intensitas medan listrik E, karena meskipun arus listrik didefenisikan sebagai kecepatan aliran muatan listrik ositif atau kecepatan aliran proton-proton per satuan waktu, tetapi yang sebenarnya mengalir adalah electron. Jika ada n buah electron per satuan volume per satuan waktu bergerak dari kiri ke kanan maka hal ini didefenisikan sebagai n buah muatan proton per satuan volume per satuan waktu bergerak dari kanan ke kiri. Hubungan antara kecepatan perpindahan v dengan intensitas medan listrik E adalah
  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -(5)
Dimana = mobilitas muatan electron dinyatakan dalam satuan ,
                          E = intensitas medan listrik dinyatakan didalam satuan V/m
Kerapatan arus J atau arus per satuan luas penampang aliran:
 atau  - - - - - - - - - - - - - (6)
                                                           - - - - - - - - - - - - - (7)
Dimana n = jumlah muatan negative per satuan volume
               =  = -1,602  = kecepatan muatan listrik negative
               =  = konduktivitas listrik (Oh )
Persamaan (3) dinamakan hukum Ohm instrinsik. Dari hukum Ohm instrinsik ini dapat diturunkan hukum Ohm
  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (8)                             
Di mana R =  = hambatan listrik (Ohm), L = panjang konduktor
              A = luas penampang konduktor ( )
 dinamakan hokum Ohm, dimana besaran  adalah konduktansi listrik bila diberi beda potensial V, maka konduktansi itu akan menghasilkan arus listrik I sebagai responsnya. Jika didalam suatu ruangan tertutup terdapat muatan listrik Q dan muatan ini mengalir keluar, maka kecepatan penguragan muatan Q dinamakan arus listrik I.
  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - -(9)
Efek santir atau efek bayangan yaitu fenomena dimana terdapat muatan listrik sembarang (muatan titik; muatan garis, atau muatan bidang) yang dihadapkan dengan pelat datar konduktor akan dapat dipandang sama dengan atau analog dengan muatan tersebut beserta bayangannya. Dalam hal ini pelat datar konduktor dipandangseolah-olah cermin datar yang menghasilkan bayangan muatan itu. Berikut ini diberikan beberapa contoh yang menggambarkan pengertian dari efek bayangan. Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.
Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua dipandangseolah-olah cermin datar yang menghasilkan bayangan muatan itu input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya.                                        (Effendi,2007)     
Hukum Ohm umumnya disertai dengan resistensi misalnya, ketahanan gesekan antara benda dan resistansi internal atau viskositas di aliran fluida. Ketika ada aliran biaya, ada resistensi listrik. Pada tingakat atom, oposisi ini untuk biaya hokum mengalir atau saat muncul dari tabrakkan antara electron kisi dan atom kisi atau ion dari bahan. Oleh karena itu, hambatan listrik (R) adalah property material. I saat ini di konduktor secara langsung proporsional nasional dengan perbedaan potensial atau tegangan V di Ohm konduktor yaitu bagi banyak kondutor, khususnya logam, ada hubungan linear antara arus dan tegangan. Dapat dituliskan dalam persamaan
  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (10)
Dimana R adalah resistensi dan memiliki unit Ohm (  ). Ungkapan ini dikenal sebagai Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. Sebuah konduktor yang mematuhi hokum Ohm disebut konduktor Ohm. Harus diingat bahwa beberapa bahan yang non-ohmik dan tidak mengikuti hokum Ohm). Aliran gerakan electron bersih. Namun, dengan konvensi, arah arus dalam kisi dengan situasi diambil menjadi kearah yang positif pembawa muatan akan bergerak. Dengan demikian, arah arus konvensional berlawanan dengan aliran elektron yang sebenarnya atau jauh dari terminal positif dari baterai.
.          Elektron – elektron pembawa muatan mendapatkan tenaga dari sumber tegangan dan menyerahkan tenaga itu pada saat bertumbukan dengan molekul penghantar.Tenaga itu diubah menjadi gerak acak yang dikenal sebagai panas.Dalam suatu resistor semua tenaga yang digunakan untuk memaksa aliran arus muncul sebagai kenaikan suhu penghantar tersebut atau sebagai aliran panas yang meninggalkannya.
Hambatan listrik dari konduktor logam dapat dikurangi dengan pendinginan. Anda mungkin bertanya-tanya seberapa jauh seseorang dapat pergi dengan penurunan. Pada suhu yang sangat rendah (beberapa kelvin) bahan seperti timbal dan merkuri pameran superkonduktivitas dan hambatan listrik menjadi menuru. Harus diingat bahwa beberapa bahan yang non-ohmik dan tidak mengikuti hokum Ohm). Aliran gerakan electron bersih. Namun, dengan konvensi, arah arus dalam kisi dengan situasi diambil menjadi kearah yang positif pembawa muatan akan bergerak. Dengan demikian, arah arus konvensional berlawanan dengan aliran elektron yang sebenarnya atau jauh dari terminal positif dari baterai.
 Perbedaan antara konduktor, semikonduktor, dan isolator dalam hal hantaran listriknya, ternyatakan sedangkan dalam bahan semikonduktor, pita konduksinya  sdikit saja mengandung elektron, tetapi karena jarak antara pita konduksi dan pita valensi di bawahnya tak begitu besar, yakni hanya antara 1 sampai 5 elektron volt saja, elektron di pita valensi mudah meloncat ke pita konduksi dan menjadi elektron bebas. Meloncatnya elektron dari pita valensi ke pita konduksi di antaranya oleh pemanasan. Makin tinggi suhu badan, makin bergetar atom-atomnya sehingga makin                                                                                                                                            (Wilson,1987)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN


3.1  Peralatan dan Bahan
3.1.1 Peralatan dan Fungsi
1.         Basic Electronic
                 Fungsi : Merupakan alat digital yang telah tersedia berbagai macam rangkaian, kita 
                               hanya tinggal mengukur berapa besar arus dan tegangan keluarannya.
2.         Supply Voltage
                 Fungsi : sebagai sumber tegangan
3.         Multimeter digital
                 Fungsi : untuk mengukur besar arus dan tegangan.
4.         Kabel penghubung
                 Fungsi :untuk menghubungkan supply voltage ke basic electronic

3.2  Prosedur Percobaan
3.2.1 Rangkaian Seri
1.    Diatur tegangan sebesar 5 V di supply voltage
2.    Dicek tegangan dengan multimeter
3.    Dihubungkan ke basic electronic seri
4.    Diukur Vout R1 dengan menggunakan multimeter digital
5.    Dicatat hasilnya
6.    Diukur Vout R2 dengan menggunakan multimeter digital
7.    Dicatat hasilnya
8.    Diukur Vr dengan menggunakan multimeter digital
9.    Dicatat hasilnya
 3.2.2 Rangkaian Paralel
1.    Diatur tegangan sebesar 7 V di supply voltage
2.    Dicek tegangan dengan multimeter
3.    Dihubungkan ke basic electronic paralel
4.    Diukur Vout R1 dengan menggunakan multimeter digital
5.    Dicatat hasilnya
6.    Diukur Vout R2 dengan menggunakan multimeter digital
7.    Dicatat hasilnya
8.    Diukur Vr dengan menggunakan multimeter digital
9.    Dicatat hasilnya

3.3  Skema Rangkaian

·         Rangkaian Seri


·         Rangkaian Paralel

 

















DAFTAR PUSTAKA


Effendi,Rustam.2007.MEDAN ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN.Jakarta:Erlangga.
           Halaman : 63-66
Halliday, David.1984.fisika.Edisi ke 3.Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
         Halaman : 193-199
Wilson,Jerry D.1987.1962.TECHNICAL COLLEGE PHYSICS.Second Edition.             
           New York:United States of America.
           Halaman : 394 - 399
       













  Medan, 25 November  2015
Asisten,                                                                                               Praktikan,




    (Franki L.A Sitinjak)                                                                            (Reggy Zurcher)
BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Data Percobaan

1.      Rangkaian Seri

                  VIn = 14,08 V

                       
No
Vin
R1
R2
VR1
VR2
Vtot
1
5V
10
20
1,65 V
3,32V
5,71V

2.      Rangkaian Paralel

       VIn = 14,08 V
No
Vin
R1
R2
IR1
IR2
Itot
1
8V
50
100
0,16 A
0,08A
0,24A

                                                                                                                                                             



 Medan, 29 Oktober 2014
Asisten,                                                                                                Praktikan,




( Franki L.A.Sitinjak )                                                                         ( Mia Debora Manullang)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS


4.1 Data Percobaan

1.      Rangkaian Seri

                  VIn = 14,08 V

                       
No
Vin
R1
R2
VR1
VR2
Vtot
1
5V
10
20
1,65 V
3,32V
5,71V

2.      Rangkaian Paralel

       VIn = 14,08 V
No
Vin
R1
R2
IR1
IR2
Itot
1
8V
50
100
0,16 A
0,08A
0,24A

                                                                                                                       

                                     
 Medan, 29 Oktober 2014
Asisten,                                                                                                Praktikan,




( Franki L.A.Sitinjak )                                                                         ( Khairul Ilham)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS


4.1 Data Percobaan

1.      Rangkaian Seri

                  VIn = 14,08 V

                       
No
Vin
R1
R2
VR1
VR2
Vtot
1
5V
10
20
1,65 V
3,32V
5,71V

2.      Rangkaian Paralel

       VIn = 14,08 V
No
Vin
R1
R2
IR1
IR2
Itot
1
8V
50
100
0,16 A
0,08A
0,24A

                                                                                                                                                       

     
 Medan, 29 Oktober 2014
Asisten,                                                                                                Praktikan,




( Franki L.A.Sitinjak )                                                                         ( Sri Amirah)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS


4.1 Data Percobaan

1.      Rangkaian Seri

                  VIn = 14,08 V

                       
No
Vin
R1
R2
VR1
VR2
Vtot
1
5V
10
20
1,65 V
3,32V
5,71V

2.      Rangkaian Paralel

       VIn = 14,08 V
No
Vin
R1
R2
IR1
IR2
Itot
1
8V
50
100
0,16 A
0,08A
0,24A

                                                                                                                                                        

    
 Medan, 29 Oktober 2014
Asisten,                                                                                                Praktikan,




( Franki L.A.Sitinjak )                                                                         ( Romauli Simanullang)
4.2. Analisa Data
1.    Menghitung Vout
·      Pada Rangkaian Seri
Vin = 5 V
R1= 10
R2= 20
§  Vout R1 =
=
= 1,66  V
§  Vout R2 =
 =
 = 3,33 V

·      Pada Rangkaian Paralel
Vin = 8 V
R1 = 50
R2 = 100
Iin =
§  I1 = 
                =
                                = 0,16 A
Vout R1 = I1  R1
                         = 0,16 A  50
                         = 8 V
§  I2 = 
                =
                                = 0,08 A
Vout R2 = I2  R2
                         = 0,08 A  100
                         = 8 V
2.    Menghitung % Deviasi
%D =
·      % Deviasi Pada Rangkaian Seri
% Deviasi VR1 =
                     = 0,6  %
% Deviasi VR2 = 
                      = 0,3  %

·      % Deviasi Pada Rangkaian Paralel
% Deviasi I R1 =
              = 0  %
                 % Deviasi I R2 = 
              = 0  %



















BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1.Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, maka didapat rumus dari  hukum ohm              Atau   V = I R.
      Dari rumus diatas, dapat diketahui: (a). Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsung dengan tegangan. Bila tegangan bertambah, maka arus pun bertambah. Dan bila tegangan berkurang maka arus pun berkurang. (b). Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik terhadap rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan bila hambatan berkurang maka arus bertambah.
2. Suatu perubahan arus dapat dilakukan dengan mengubah tegangan maupun resistansi    pada  rangkaiannya. Penambahan tegangan akan memperbesar arus. Karenanya, tegangan dan arus berbanding langsung satu sama lain. Kedua pernyataan tersebut dapat diringkaskan dalam suatu pernyataan yang dikenal sebagai hukum Ohm: Arus berubah secara langsung sesuai dengan tegangannya dan berubah secara terbalik sesuai dengan resistansinya.
3. Perbandingan antara rangkaian seri dan paralel yaitu :
A.  Rangkaian Seri
     Tiga resistor dengan tahanan R1,R2,danR3 yang dihubungkan sebagai rangkaian seri. Tiap muatan yang melalui R1 akan melalui R2 dan R3, sehingga arus i yang melalui R1,R2,R3 haruslah sama karena muatan tak dapat berubah jumlahnya. Rangkaian ketiga resistor tersebut akan diganti dengan satu resistor tanpa mengubah keadaan (baik arus maupun tegangan). Pada rangkaian seri, hambatan total yang dihasilkan lebih besar, sehingga arus yang mengalir makin kecil.
     Hambatan total dari rangkaian seri yaitu:
     Rtotal = R1 +R2 + R3 + R4 + R5

B.  Rangkaian Paralel
Tiga resistor R1,R2,R3 dihubungkan paralel. Arus yang melalui tiap resistor dalam rangkaian
     tersebut, pada umumnya berbeda, tetapi beda beda potensial pada ujung-ujung resistor haruslah sama.
     Seper hambatan total pada rangkaian paralel untuk tiga resistor adalah :
          
       Dari persamaan, di dapat bahwa tahanan total rangkaian resistor  terhubung  yang  dihubungkan  paralel selalu lebih kecil daripada masing-masing tahanan resistor yang paralel tersebut.

5.2 Saran
1.      Sebaiknya Praktikan mengetahui cara merangkai rangkaain seri dan paralel
2.      Sebaiknya Praktikan teliti dalam membaca hasil dari alat ukur multimeter digital.
3.      Sebaiknya Praktikan mempelajari meteri dan referensi yang berkaitan dengan sifat-sifat meter Listrik
4.      Sebaiknya Praktikan berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum.





















3.1  Gambar Percobaan
1.  Rangkaian Seri

           









  1. Rangkaian Paralel













Komentar