BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Gelombang
didefenisikan sebagai getaran yang merambat melalui medium perantara. Medium
gelombang dapat berupa zat padat, cair dan gas, misalnya tali,slinki, air dan
udara. Salah satu gejala gelombang yang dapat diamati dengan mudan, yaitu
melemparkan batu kedalam kolam yang airnya tenang, maka pada permukaan air
kolam itu akan timbul usikan yang merambat dari tempat batu jatuh ke tepi kolam . Usikan yang merambat pada
permukaan air tersebut disebut juga gelombang.
Gelombang memiliki sidat difraksi,
interferensi, refleksi, refraksi dan polarisasi. Pada interferensi gelombang
air yang melalui dua celah sempit, menghasilkan polan gelap terang. Pola gelap
terang dapat diamati dengan jelas pada layar pengamatan. Gelombang biasanya
dikarakteristikan dengan panjang gelombangnya, kecepatannya, frekuensinya dan
lain-lain.
Bila
sebuah gelombang cahaya menumbuk sebuah antarmuka (interface) halus yang
memisahkan dua material transparan (material tembus cahaya) (seperti udara dan
kaca atau air dan kaca), maka pada umum nya sebagian gelombang itu
direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan (ditransmisikan) kedalam material
kedua.
Refleksi
(Pembiasan gelombang) adalah pembelokan gelombang akibat gelombang masuk ke
dalam medium yang lebih rapat. Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah permukaan yang sangat halus
dinamakan refleksi spakular (untuk cermin) dan refleksi yang dihamburkan dari
sebuah permukaan kasar dinamakan refleksi tersebar. Kedua macam refleksi dapat
terjadi baik dengan material transparan maupun dengan material tak tembus sinar
yang tidak mentransmisikan cahaya. Sebagian besar benda dilingkungan kita
(termasuk pakaian, tumbuhan, orang lain, dan buku) dapat dilihat oleh kita
karena
1.2. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
sudut datang dan sudut refraksi di kaca
dengan leser.
2.
Untuk mengetahui
sudut datang dan suduk refraksi di air dengan laser
3.
Untuk mengetahui
sudut datang dan sudut refraksi diprisma dengan laser
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Seperti yang akan
kita lihat dalam pasal berikut, tanpa pengertian sifat sifat tersebut , alat
alat seperti kamera, teleskop, kacamata, mikroskop dan sebagainya akan sulit
dijelaskan. Sebagaimana adanya apa disebut sebagai cahaya tampak dalam pasal
ini memiliki perluasannya dalam daerah lain spektrum elektromagnetik.
Seberkas
cahaya jatuh pada permukaan air,sebagian dipantulkan oleh permukaan dan
sebagian lagi dibiaskan (dibelokkan/direfrakskan) masuk kedalam air. Berkas
datang digambarkan sebagai sebuah garis lurus, sinar datang, sejajar dengan arah
perambatan .Kita anggap berkas datang dalam adalah gelombang datar, dengan muka
gelombangnya tegak lurus kepada sinat datang. Berkas yang dipantulkan dan
dibiaskan juga digambarkan dengan sinar sinar. Sudut datang (
), sudut refleksi dan sudut refraksi diukur dari normal bidang
Batas kesinar yang bersangkutan.
Berdasarkan eksperimen diperoleh hukum hukum :
1.
Sinar yang masuk, sinar
yang direfleksikan, dan sinar yang sinar yang direfraksikan dan normal terhadap
permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama. Bidang dari ketiga sinar itu
tegak lurus terhadap bidang permukaan
batas di antara kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram
sinar, sehingga sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang
direfraksikan berada dalam diagram.
Mempresentasekan
gelombang sebagai sinar adalah dasar optika geometric. Kita menjelaskan arah
sinar masuk, sinar yang direfleksikan,
2.
Sudut refflaksi
sama
dengan sudut masuk
untuk
semua panjang gelombang dan untuk setiap pasangan material, yakni :
Hubungan ini, bersama
dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang direfleksikan dan normal,
semuanya terletak pada bidang yang sama, yang dinamakan hokum refleksi.
3.
Untuk cahaya
monokromatik dan untuk sepasang material yang diberikan, a dn b, pada
sisis-sisi yang berlawanan dari antarmukia itu, rasio dari sinus sudut
dan
dimana kedua sudut itu diukur dari normal
terhadap permukaaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks reefraksi :
=
, atau
sin
sin
(hukum
refraksi)
Dengan n21 adalah kostanta yang
disebut indeks refraksi(indeks bias) dari medium 2 terhadap
Medium 1 . Indeks refraksi suatu
medium lain biasanya bergantung pada panjang gelombang
tidak seperti halnya refleksi, berdasarkan kenyataan ini, refraksi dapat digunakan untuk
menguraikan cahaya atas komponen komponen panjang gelombangnya, yang diambil dari
optics karya Newton, memperlihatkan bagaimana karya Newton, dengan menggunakan
prisma ABC, membentuk spektrum cahaya matahari yang masuk dari jendelanya melalui
lubang kecil titik F
tidak seperti halnya refleksi, berdasarkan kenyataan ini, refraksi dapat digunakan untuk
menguraikan cahaya atas komponen komponen panjang gelombangnya, yang diambil dari
optics karya Newton, memperlihatkan bagaimana karya Newton, dengan menggunakan
prisma ABC, membentuk spektrum cahaya matahari yang masuk dari jendelanya melalui
lubang kecil titik F
Hukum releksi
telah dikenal sebagain hukum Snell, atau di Perancis dikenal sebagai hukum Descartes. Kita dapat
menurunkan refleksi dan refraksi ini dari persamaan Maxwell, yang berarti bahwa
hukum ini berlaku untuk semua daerah spektrum elektromagnetik. Memperlihatkan
susunan percobaan untuk mempelajari refleksi gelombang mikro oleh suatu
lempeng logam yang telah diketahui bahwa permukaan pelat baja yang digosok sampai
mengkilap akan memantulkan dengan baik berkas yang datang padanya, tetapi selembar
|kertas sedikit-banyaknya akan menghamburkannya kesegala arah (refleksi baurdiffuse reflection). Kebanyakan benda benda ini tak bercahay disekitar kita dapat dilihat karena
refleksi baur ini .
lempeng logam yang telah diketahui bahwa permukaan pelat baja yang digosok sampai
mengkilap akan memantulkan dengan baik berkas yang datang padanya, tetapi selembar
|kertas sedikit-banyaknya akan menghamburkannya kesegala arah (refleksi baurdiffuse reflection). Kebanyakan benda benda ini tak bercahay disekitar kita dapat dilihat karena
refleksi baur ini .
Pembengkokan cahaya di prisma adalah contoh sederhana modifikasi muka gelombang . Pendekatan ray adalah untuk menganalisis dua pembiasan , masing-masing mengikuti hukum Snell . Alih-alih menelusuri melalui geometri kedua refraksi , kami akan mempertimbangkan aksi prisma secara keseluruhan .
Situasi sederhana khususnya ditemukan untuk prisma dengan sudut titik kecil, tapi pendekatan gelombang berguna untuk semua prisma ; itu juga mengarah secara alami ke dalam perhitungan dari daya sebar dan daya menyelesaikan . kisi-kisi difraksi digunakan pada panjang gelombang optik Sering memiliki banyak celah ribu per sentimeter , atau garis sebagai mereka lebih biasanya disebut .
Para pemain yang paling sederhana dari difraksi untuk celah
tunggal , lebar w , diterangi oleh muka gelombang pesawat dengan amplitudo
seragam . Celah tegak lurus , sehingga kita ambil sebagai elemen dasar kita
strip lebar dy , kecil dibandingkan dengan panjang gelombang . Kontribusi
setiap strip sebuah ady amplitudo sama dengan total di P , tetapi fase
masing-masing kontribusi tergantung pada y sebagai :
Seperti pada bagian sebelumnya titik P cukup jauh bahwa fase adalah fungsi linier dari y .
= 0 . Maxima ini dalam pola difraksi kisi disebut perintah itu , pertama , kedua, ketiga , sesuai dengan nilai N. Urutan pusat atau ke nol adalah satu untuk n = 0 .qKondisi ini berarti bahwa perbedaan jalur dari pesawat referensi untuk setiap celah dalam semua kasus multiple integral dari panjang gelombang . (Halliday,D. 1978)
Menggunakan model sinar dari cahaya
untuk menyelidiki dua aspek yang paling
penting mengenai perambatan cahaya:
refleksi dan refraksi. Bila sebuah gelombang cahaya menumbuk sebuah antar muka
(interface) halus yang memisahkan 2 material transparan (material tembus
cahaya) (seperti udara dan kaca atau air dan kaca), maka pada umumnya sebagian
gelombng itu direfleksikan dan sebagian
lagi direfraksikan (ditransmisikan) ke dalam material keduaSegmen-segmen
gelombang bidang yang direpresentasikan sebagai paket-paket sinar yang membentuk berkas cahaya. Untuk
sederhananya kita seringkali hanya menggambarkan satu sinar dalam setiap berkas
. Mempresentasekan gelombang sebagai sinar adalah dasar optika geometric. Kita
menjelaskan arah sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar sinar yang
direfraksikan pada antar muka yang halus di antara dua material optic
sebagai sudut-sudut yang dibuat oleh
sinnar-sinar itu dengan normal terhadap permukaan tersebut di titik masuk. Jika antar muka itu but
dihamburkan ke berbagai arah, dan tidak ada sudut transmisi tunggal atau sudut
refleksi tunggal. Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah permukaan yang
sangat halus dinamakan refleksi spekuler(specular reflaction) (dari kata latin,
untuk “cermin” ). Refleksi yang dihamburkan dari sebuah permukaan dasar
dinamakan reflaksi tersebar (diffuse reflection).
Perbedaan ini
diperlihatkan. Kedua macam refleksi dapat terjadi baik dengan material
transparan maupun dengan material opaque (tak tembus sinar) yang tidak
mentrasmisikan cahaya. Tellah dijelaskan
mengapa logam adalah material tak tembus sinar. Sebagian besar benda di
lingkuungan kita (termasuk pakaian, tumbuhan, orang lain, dan lain-lain) dapat
dilihat oleh mata karena benda-benda itu merefleksikan cahaya secara menyebar
dari permukaannya. Akan tetapi, perhatian kita yang utama, adalah mengenai
refleksi spekular dari sebuah permukaan yang sangat halus seperti kaca yang
digosok, plastik yang digosok, atau
logam yang digosok. Kecuali jika
dinyatakan lain, maka bila mengacu pada kata “refleksi” kita akan selalu mengartikannya sebagai
refleksi spekuler.
Indeks refraksi
(indekx of frefraction) dari sebuah material optic (juga dinamakan indeks
refraktif), yang dinyatakan dengan n, memainkan peranan penting dalam optika
geometrri. Indeks refraksi itu adalah rasio dan laju cahaya c dalam ruang hampa
terhadap laju cahaya v dalam material itu :
n =
(indeks refraksi) …………….…………………………………..……………… (2.1)
Cahaya
selalu berjalan lebih lambat di dalam
ruang hampa, Sehinnga nilai n dalam medium apapun selain ruang hampa selalu
lebih besar dari pada satu. Untuk ruang
hampa, n=1. Karena n adalah rasio dari dua laju, maka n adalah bilangan murni
tanpa satuan. (Hubungan nilai n dengan sifat listrik dan sifat magnetic suatu
material.
Kajian
eksperimental mengeai arah sinar masuk, sinar yang direfleksian, dan sinar yang
direfraksikan pada antar muka yang halus di antara dua material optik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
4.
Sinar yang masuk, sinar
yang direfleksikan, dan sinar yang sinar yang direfraksikan dan normal terhadap
permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama. Bidang dari ketiga sinar itu
tegak lurus terhadap bidang permukaan batas
di antara kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar,
sehingga sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan
berada dalam diagram. Mempresentasekan
gelombang sebagai sinar adalah dasar optika geometric. Kita menjelaskan arah
sinar masuk, sinar yang direfleksikan,
5.
Sudut refflaksi
sama
dengan sudut masuk
untuk
semua panjang gelombang dan untuk setiap pasangan material.
Hubungan ini, bersama
dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang direfleksikan dan normal,
semuanya terletak pada bidang yang sama, yang dinamakan hokum refleksi.
6.
Untuk cahaya
monokromatik dan untuk sepasang material yang diberikan, a dn b, pada
sisis-sisi yang berlawanan dari antarmukia itu, rasio dari sinus sudut
dan
dimana kedua sudut itu diukur dari normal
terhadap permukaaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks reefraksi.
Hasill
eksperimen ini, bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang
direfraksikan dan normal semuanya terletak dalam bidang yang sama, dinamakan
hokum refraksi (law of refraction) atau hokum snellius (snell’s law), Hukum
refleksi dan hokum refraksi berlaku tanpa memandang dari sisi mana antar muka
itu sinar masuk tersebut datang. Jika sinar cahaya mendekati antar muka dalam
dari kanan dan bukan dari kiri , maka sekali lagi ada sinar yang direflaksikan
dan sinar yyang direfraksikan; kedua sinar ini, sinar masuk, dan normal,
terhadap permukaan sekali lagi terletak pada
bidang yang sama. Lagi pula, lintasan sebuah sinar yang direfraksikan
dapat diibalik(reversible). Lintasan ini mengikuti
lintasan yang sama bila pergi dari b ke a seperti bila pergi dari a ke b.
Karena sinar yang direfleksikan dan sinar masuk membuat sudut yang sama dengan
normal, maka lintasan sebuah sinar yang direfleksikan juga dapat dibalik.
Intensitas
sinar yang direfleksikan dan intensitas
sinar yang direfraksikan bergantung pada sudut masuk. Kedua indeks refraksi,
dan polarisasi (yakni arah, vektor medan listrik) dari sinar masuk. Walaupun
kita telah menjelaskan hokum refleksi dan hokum refraksi sebagai hasil
eksperimen, namun hukum-hukum itu juga dapat diturunkan dari ssebuah model
gelombang dengan menggunakan persamaan Maxwell. Analisis ini juga memungkinkan
kita untuk meramalkan amplitude, intensitas, fasa, dan keadaaan polarisasi dari
gelombang yang direfleksikan dan \yang direfraksikan. (Jerry D.2001)
Hukum refleksi.
Tempatkan cermin horizontal
pada ketinggian yang nyaman di bawah pin dari perangkat
penampakan. Pengamat adalah untuk duduk sehingga ia dapat melihat di
sepanjang pin dan mengamati
posisi keempat tips
dalam keselarasan. Tempat no.1 cukup tinggi dan
no.2 sedikit lebih rendah, sehingga sebagai pemandangan
pengamat melalui udara
bersama tips, garis pandang
menyerang cermin di
sekitar pertengahan refleksi permukaan.
Kemudian tempat no.3 dan 4 di sekitar ketinggian yang
sama dengan no.2 dan 1 masing-masing dan
menyesuaikan semua pin yang
diperlukan sampai ujung keempat di sepanjang garis
pandang. Dua tips akan menentukan sinar yang dipantulkan.
Setelah empat pin telah disesuaikan dengan hati-hati, lepaskan cermin dan mengukur
jarak bahwa setiap proyek pin bawah strip kayu. Ukur juga jarak antara pin.
Hukum
pembiasan. Ganti cermin
dengan tabung, diisi
dengan air untuk metode level.the
nyaman pengamatan seperti itu dalam tes sebelumnya.
Tempatkan pin no. 1 cukup tinggi dan
tidak ada. 2 sedikit lebih rendah,
sehingga sebagai pemandangan
pengamat melalui udara
bersama tips, garis pandang
menyerang permukaan air pada sekitar pertengahan tabung, kedua batang
tersebut berada di udara di atas air. Kemudian
tempat no.3 Dan no.4 di air dan
menyesuaikan semua pin yang
diperlukan sampai ujung keempat
adalah sepanjang garis pandang dengan no. 1 dan 2 di udara dan tidak ada. 3 dan
4 di dalam air. Ketika
semua empat tips
telah dibawa hati-hati untuk garis pandang.
Sinar
cahaya dari sumber titik tercermin dari satu wajah dari prisma ke titik
tertentu . posisi lain kemudian ditemukan prisma sehingga Bahwa sinar dari
sumber yang sama akan tercermin dari wajah kedua prisma ke titik referensi yang
sama . jika sudut melalui prisma yang berubah dari satu posisi ke posisi yang
lain
derajat , maka sudut prisma Antara dua wajah
dimaksud akan
Dalam optika geometris, tidak ditinjau adanya
interaksi atau saling pengaruh antara sinar-sinar cahaya. Sebaliknya dalam
membahas interferensi dan difraksi, justru interaksi itu yang dibicarakan, dan
pembahasan itu hanya dimungkinkan dengan meninjau cahaya sebagai gelombang elektromagnetik.
Pada hakekatnya cahaya adalah gelombang elektromagnetik tranversaldengan arah
medan magnet itu sefase dengan gelombang medan listrik yang menyertainya.
Kecuali itu penjelasan gelombang elektromagnetik tersebut megikuti hipotesis
Hyugens, yakni bahwa setiap titik di medan gelombang bertindak selaku sumber
gelombang baru. Berdasarkan dua celahsempir dan dua sumber cahaya Prinsip
Hyugens mengungkapkan selaku bagian dari medan gelombang, kedua celah itu
merupakan sumber gelombang baru.
Interferens adalah akibat bersama beberapa gelombang
cahaya, yaitu yang diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut.
Hasil penjumlahan itu akan memberikan intensitas yang maksimum disuatu titik,
apabila dititik tersebut gelombang-gelombang itu selalu sefase. Agar pola
inteferens yang misalnya berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat
terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang disembarang titik pada pola
interferens haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang
gelombang tersebut haruslah koheren.
Syarat koheren tidak akan terpenuhi jika
gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang berlainan, sebab
setiap sumber cahaya yang berlainan, sebab setiap sumber cahaya bisa takkan
memancarkan gelombang cahaya secara kontiniu, melainkan terputus-putus;
gelombang elektromagnetik cahaya akan dipancarkan sewaktu terjadinya dieksitasi
atom. Optika geometris atau optika sinar
menjabarkan perambatan cahaya sebagai vector yang disebut sinar.Sinar adalah
sebuah abstraksi atau “instrument” yang digunakan untuk menentukkan arah
perambatan cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus dengan muka gelombang
cahaya tersebut,dan ko-linier terhadap vector gelombang
Agar diperoleh gelombang-gelombang elektromagnetik
cahaya yang koheren, gelombang-gelombang itu harus berasal dari suatu sumber
cahaya yang sama. Kemudian interferens diperoleh dari gelombang-gelombang yang
memancar dari bagian-bagian medan, Agar pola inteferens yang misalnya berwujud
lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase antara
gelombang-gelombang disembarang titik pada pola interferens haruslah tetap
sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang gelombang tersebut haruslah
koheren. . jika sudut melalui
prisma yang berubah dari satu posisi ke posisi yang lain
derajat , maka sudut prisma Antara dua wajah
dimaksud akan. Dalam
optika geometris, tidak ditinjau adanya interaksi atau saling pengaruh. (Serwey,A.
1985)
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan fungsi
1. Laser
Fungsi : Untuk memancarkan
radiasi elektromagnetik
2. Kristal optik (kaca)
Fungsi : sebagai medium
3. Mistar
Fungsi : Untuk mengukur sudut
pembiasan yang terjadi
3.2
Prosedur Percobaan
1. Disiapkan peralatan
2. Ditentukan optik yang
digunakan
3. Diletakkan kertas gambar
optik yang digunakan dibawah peralatan
4. Dipastikan posisi kertas
gambar dan tabung telah berhimpit
5. Diletakkan bagian-bagian
pada posisinya sesuai gambar
6. Dihidupkan laser
7. Diukur sudut pembiasannya
dengan menggunakan mistar
8. Dicatat hasil pengukuran
sudut pembiasan
DAFTAR
PUSTAKA
Halliday,D. 1971. “FISIKA”. Edisi kedua. Jilid 2. Penerbit Erlangga:Jakarta.
Hal : 609- 611
Jerry,D.2001. “TECHNICAL COLLEGE PHYSIC. Second edition. South California.
Pages
: 527-530
Serway,A. 1985. “PHYSIC”. Second edition.JamesMadison University
Halaman
: 78 - 79
Medan, 07 Oktober 2015
Asisten, Praktikan,
(Rina
Apulina Br Bukit) (Reggy Zurcher)
Komentar
Posting Komentar