Radio Photometri


BAB I

 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam percobaan ini, yaitu fotometri, kami berusaha menentukan nilai intensitas cahaya serta menganalisa hubungan antara jarak sumber cahaya dan tegangan terhadap nilai intensitas cahaya dengan menggunakan fotometer tersebut. Lampu penerang, termasuk bohlam, disebut berkualitas baik apabila mampu memberikan intensitas cahaya lebih besar pada konsumsi daya listrik kecil. Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat cahaya ( intensity ) dan derajat penerangan ( brightness ). Intensitas cahaya oleh oleh pancaran bohlam biasa diukur dengan luxmeter dan dinyatakan dalam satuan lux.
Cahaya adalah suatu bentuk pancaran tenaga atau energi elektromagnet yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita di bumi ini, karena dengan adanya cahaya kitadapat melihat benda atau sesuatu hal dengan jelas. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam sumber cahaya, misalnya cahaya lampu, lilin, sinarmatahari dan sebagainya. Setiap sumber cahaya memiliki nilai kuat cahaya (intensitas cahaya) yang berbeda-beda. Untuk mengukur nilai kuat cahaya dari sumbar cahaya kitadapat menggunakan alat yang dinamakan fotometer. Fotometer merupakan alat yang digunakan mengukur intensitas pencahayaan atau penyinaran. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya.
Suatu “fotometer” adalah kata umum yang meliputi alat-alat untuk mendeteksi intensitas cahaya hamburan, penyerapan, fluorensi. Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda. Masing-masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya, yang selanjutnya dapat dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu. Sedangkan fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat cahaya (intensity) dan derajat penerangan (brightness).

1.2 Tujuan
1.         Untuk menentukan prinsip kerja dari radio photometer
2.         Untuk mengetahui aplikasi dari photometer
3.         Untuk mengetahui kegunaan dari radio photometri
4.         Untuk mengetahui hal-hal terpenting dari intensitas cahaya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah osilator RF yang akurat dan stabil membangkitkan sinyal pembawa frekuensi radio. Output dari tahapan ini diperkuat dan dilewatkan ke sebuah tahapan amplifier daya RF termodulasi. Disertakannya sebuah amplifier di antara osilator RF dan tahapan termodulasi juga membantu memperbaiki stabilitas frekuensi. Sinyal daya rendah dari mikrofon dikuatkan dengan menggunakan sebuah amplifier AF sebelum sinyal tersebut dilewatkan melalui amplifier daya AF. Sinyal RF yang termodulasi kemudian dilewatkan ke unit penala antenna yang akan menyesuaikan impedansi antena dengan amplifier daya RF.
Cahaya adalah foton, dimana foton tersebut merambat membawa paket-paket energi gelombang elektromagnetik. Secara eksperimental, mata sensitif terhadap panjang gelombang daerah rendah dari pancaran cahaya sehingga dapat membedakan intensitas antara dua sumber cahaya yaitu dengan mengukur jumlah daya yang dipancarkan oleh cahaya tampak. Jumlah luks pancaran cahaya yang sama oleh mata diterima berbeda untuk tiap warna. Panjang gelombang cahaya yang dapat ditangkap oleh mata adalah 400-700 nm.
Intensitas cahaya oleh oleh pancaran bohlam biasa diukur dengan luxmeter dan dinyatakan dalam satuan lux. Lampu cahaya di jalanan dapat menyala otomatis ketika malam hari ( intensitas cahaya kecil ) karena dilengkapi dengan LDR ( Light DependentResistor ). Ada kesetaraan antara nilai terbaca oleh luxmeter dalam luxdan dengan LDR dalam ohm. Intensitas cahaya berkurang bila jarak dari sumber semakin jauh, dan nilainya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber penerang. Lampu penerang, termasuk bohlam, disebut berkualitas baik apabila mampu memberikan intensitas cahaya lebih besar pada konsumsi daya listrik kecil. Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat cahaya ( intensity ) dan derajat penerangan ( brightness ).
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak mejauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas antara dua medium berbeda seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, dalam kasus dimana sebagian energy datang dipantulkan dan sebagian ditransmisikan. Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang. Pecahan energy cahaya yang dipantulkan pada sebuah bidang batas seperti misalnya pada permukaan udara kaca dengan cara rumit bergantung pada sudut datang, orientasi vector medan listrik yang berhubungan dengan gelombang dan laju cahaya relative didalam medium pertama (udara) dan di dalam medium kedua (kaca). Laju cahaya di dalam medum seperti misalnya kaca, air atau udara.gelombang yang ditransmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan.
Demodulasi adalah kebalikan dari modulasi dan merupakan sarana untuk memisahkan sinyal informasi dari gelombang pembawa termodulasi. Demodulasi dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah demodulator ( terkadang disebut detector ). Output dari sebuah demodulator terdiri dari versi rekontruksi dari sinyal informasi yang asli yang muncul pada input tahapan modulasi di dalam pemancar.
Sebuah osilator RF yang akurat dan stabil membangkitkan sinyal pembawa frekuensi radio. Output dari tahapan ini diperkuat dan dilewatkan ke sebuah tahapan amplifier daya RF termodulasi. Disertakannya sebuah amplifier di antara osilator RF dan tahapan termodulasi juga membantu memperbaiki stabilitas frekuensi. Sinyal daya rendah dari mikrofon dikuatkan dengan menggunakan sebuah amplifier AF sebelum sinyal tersebut dilewatkan melalui amplifier daya AF. Sinyal RF yang termodulasi kemudian dilewatkan ke unit penala antenna yang akan menyesuaikan impedansi antena dengan amplifier daya RF.
Sinyal dari antena diumpankan ke sebuah tahapan amplifier RF. Tahapan ini menyediakan gain tingkat menengah pada frekuensi sinyal. Tahapan ini juga menyediakan selektivitas dengan cara menyertakan satu atau lebih rangkaian pada frekuensi sinyal. Ini membantu penerima untuk menyaring sinyal-sinyal yang mungkin muncul pada kanal-kanal frekuensi yang berdampingan. Output dari tahapan amplifier RF diumpankan ke sebuah demodulator.
Tahapan ini mengembalikan sinyal frekuensi audio dari sinyal RF termodulasi. Tahapan demodulator juga dapat menyertakan sebuah rangkaian tertala untuk lebih meningkatkan penerima. Output dari tahapan rangkaian demodulator diumpankan ke input tahapan amplifier AF. Tahapan ini meningkatkan level daya sinyal audio dari demodulator hingga mencapai tingkat yang memadai untuk menjalankan sebuah pengeras suara.
Penerima TRF memiliki sejumlah keterbatasan termasuk sensitivitas dan selektivitas yang membuat perangkat-perangkat tersebut secara umum tidak cocok untuk aplikasi-aplikasi radio komersil. Output tahapan amplifier RF diumpankan ke dalam tahapan rangkaian mixer. Tahapan ini menggabungkan sinyal RF dengan sinyal yang berasal dari tahapan osilator local untuk menghasilkan sebuah sinyal pada frekuensi intermediate IF.
Penting dicatat bahwa sinyal output yang dihasilkan oleh mixer sebenarnya mengandung beberapa komponen sinyal, termasuk jumlah dan perbedaan dari sinyal dan frekuensi osilator local sebagaimana halnya sinyal asli ditambah komponen-komponen harmonic. Sinyal ynag di inginkan di lewatkan menuju tahapan amplifier IF. Tahapan ini menyediakan penguatan dan level selektivitas yang tinggi. Output dari tahapan amplifier IF masuk ke dalam tahapan demodulator.
Sedangkan pada penerima TRF digunakan untuk mengembalikan sinyal.     ( Tooley Michael.1995) Cahaya berjalan (merambat) begitu cepat sehingga tidak ada sesuatu didalam pengalaman kita sehari-hari yang menganjurkan bahwa lajunya tidak tak berhingga. Hal tersebut menghendaki pandangan yang sungguh-sungguh dan malah menanyaka, “Berapa cepatkah cahaya berjalan?” Galileo menanyakan pertanyaan ini kepada dirinya sendiri dan sesungguhnya dia telah mencoba pertanyaan tersebut secara eksperimental.
Bukunya, Dua Ilmu Pengetahuan Baru, yang diterbitkan di dalam tahun 1638, ditulis di dalam bentuk percakapan di antara tiga orang yang bernama salviati sagredo, dan simplicio. Salviati, yang berbicara dengan suara Galileo, kemudian menjelaskan metode yang mungkin untuk mengukur laju cahaya. Untuk mengukur kecepatan besar cahaya secara langsung, maka kita harus baik mengukur suatu interval waktu yang kecil maupun harus menggunakan sebuah garis basis yang panjang. Situasi ini menyarankan bahwa astronomi, yang membahas jarak-jarak yang sangat besar, mungkin akan mampu menyediakan suatu nilai eksperimental untuk laju cahaya. Walapun akan diinginkan untuk mengukur waktu yang diperlukan oleh cahaya dari matahari sampai ke bumi, namun tidak ada cara untuk mengetahui bilamana cahaya yang mencapai kita pada setiap saat meninggalkan matahari tersebut.
Di dalam tahun1675 Ole Roemer, seorang sarjana astronomi Denmark yang bekerja di Paris, membuat beberapa pengamatan mengenai bulan-bulan Jupiter dari mana laju cahaya sebesar 2 x 108 m/detik dapat dideduksi. Kira-kira limapuluh tahun kemudian James Bradley, seorang sarjana astronomi inggris, membuat beberapa pengamatan astronomi yang sama sekali berlainan macamnya dari mana sebuah nilai sebesar 3,0 x 108 m/detik dapat didesuksi. Di didalam tahun 1849 Hippolyte Louis Fizeau (1819-1896), seorang fisikawan prancis, mula-mula mengukur laju cahaya dengan metode astronomi, yang mendapatkan nilai sebesar 3,13 x 108 m/detik. Fisikawan Perancis Foucault (1819-1868) telah sangat memperbaiki metode fizeau dengan menggunakan sebuah cermin yang berputar untuk menggantikan roda bergigi tersebut. Fisikawan Amerika Albert A.Michelson (1852-1931) melakukan sederet pengukuran c yang ekstensif yang dilakukannya selama perioda limapuluh tahun.
Kita harus memandang laju cahaya di dalam kerangka yang lebih besar dari laju radiasi elektromagnet secara umum. Sebuah kepastian eksperimental dari teori keelektromagnetan Maxwell adalah bahwa laju gelombang di dalam ruang bebas mempunyai nilai c yang sama untuk semua bagian spektrum elektromagnet. Tugas untuk sampai pada satu macam saja nilai “terbaik” untuk sesuatu kuantitas fisis, seperti c, dari banyak pengukuran yang dilakukan secara bebas biasanya adalah sukar karena tugas tersebut melibatkan suatu penilaian yang teliti dari setiap pengukuran dan melibatkan suatu penilaian yang teliti dari setiap pengukuran dan melibatkan suatu proses perata-rataan yang kompleks, yang memperhitungkan kuantitas-kuantitas fisis lain yang dapat diasosiasikan dengan kuantitas yang akan ditentukan besarnya. Akan tetapi, di dalam kasus penentuan c, maka permasalahannya adalah langsung. Penyusun yang terakhir (1973) nilai-nilai yang “terbaik” dari konstanta-konstanta fisis menyatakan : “semua pengukuran yang lampau mengenai c telah menjadi usang oleh pengukuran mutakhir yang dilakukan oleh Evenson bersama kawan-kawan. Pengukuran ini adalah entri terakhir.
Para pekerja ini, di Biro Standard Nasional di Boulder , Colorado mengukur frekuensi v dari radiasi tertentu dipancarkan oleh laser helium-neon dengan membandingkannya secara langsung dengan frekuensi osilasi jam cesium, yang digunakan untuk mendefinisikan detik. Kemudian, dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang teliti dari panjang gelombang radiasi ini yang dibuat oleh beberapa kelompok pekerja, maka mereka telah menhitung c dan mendeduksi nilai yang dipertunjukkan yakni, c = (299,792,4574 ± 0,0012) km/detik. Sumber terbesar ketidakpastian didalam pengukuran ini adalah berasl dari definisi meter yang dinyatakan di dalam radiasi atom Krypton 86. Jelaslah sekarang bahwa pengukuran c yang terbaik tidaklah dibuat dengan menentukan waktu pelintasan cahaya pada suatu jarak yang diukur.                          (Halliday,1978
Ujung lilin, sebuah ujung lilin merupakan iluminasi dari sebuah permukaan tegak lurus ke sinar cahaya dari satu lilin ke sumber titik tenaga jarak satu kaki. Jika permukaan dikatakan sebuah lembaran dari kertas putih, itu nampak menjadi cahaya yang terang. Jika itu merupakan potongan baju hitam, sangat kecil cahaya yang direfleksikan ke mata. Tetapi iluminasi merupakan satu kaki lilin dalam hal juga. Iluminasi dalam segala titik diekspresikan pada keadaan energi cahaya normal yang jatuh pada sebuah satuan permukaan per detik, bukan dengan kecerahan dari permukaan seperti nampak ke mata. Harga yang direkomendasikan oleh iluminasi pada ujung lili-lilin untuk situasi tertentu seperti mengikuti, auditorium, ruang kelas, ruang wajib militer, ruang aula, laboratorium, photografik “pengukur pencahayaan” beberapa kali dikalibrasi dalam ujung lilin-lilin dan mungkin digunakan sebagai pengukur ujung lilin. Lumen, sebuah lumen merupakan satuan dari fluks cahaya, bukan dari intensitas cahaya. Itu mungkin didefinisikan sebagai rata-rata pada energi  cahaya yang menjatuhkan secara normal dala sebuah satuan jarak permukaan dari sebuah tenaga sumber lilin. Karena permukaan lapisan = 4  r2, ada 4  satuan dari permukaan dalam sebuah dinding pelindung (cangkang) lapisan per rad. Adapun, jumlah fluks cahaya dari sebuah sumber tenaga lilin= 4  lumen-lumen, dan dari sebuah permukaan dari tenaga lilin c itu merupakan c kali yang baik. Adadpun asumsi keseragaman pancaran memiliki sebuah intensitas cahaya C dalam tenaga lilin, yang diberikan,
F= 4  C                                                                                                                 (2.1)
Photometri, photometri merupakan sebuah cabang optik yang mana setuju dengan pengukuran intesitas cahaya. Sebuah photometer merupakan alat dari membuat pengukuran-pengukuran. Sebagai yang paling photometer didasari pada beberapa ke umum dan prinsip yang sederhana. kita harus mendiskusikan tetapi satu tipe dari alatnya, yang sangat singkat penerangannya. Wadah minyak (bunsen) photometer. Tempat jatuhnya tetes-tetes dari dalam sebuah lembaran putih dan menghasilkan wadah minyak, diminyaki kertas dalam pan dari kaca pada jendela-jendela mereka. Mari lihat selembar kertas S dengan wadah minyak yang digenggam antara dua sumber cahaya, tenaga-tenaga lilin C1 dan C2. Jika lembaran dirubah/dipindahkan kebelakang dan maju, ke wadah, diteliti dari peninggalan yang akan nampak gelap dari mengandalkan cerahan pada musim dekat C1 atau C2. Ketika S pada posisi yang wadah tidak nampak. Juga pencahaya tidak lebih gelap daripada permukaan sisa  kemudian iluminasi . ketika dalam sebuah posisi yang disebut menghilang. Tidak ada pencerah atau penggelapan daripada sisa-sisa permukaan S kemudian iluminasi i1 dalam satu sisi dari S sama dengan iluminas i2 pada sisi lain.  Demikian juga intensitas cahaya dari sumber mungkin dibandingkan dengan membandingkan pengukuran sederhana pada jaraknya. Photometer kelap-kelip. Beberapa orang merupakan orang buta warna ke satu warna, beberapa yang lainnya ke warna lainnya. Pada mata normal itu jauh dari menjadi sensitif pada semua warna-warna. Bagaimana, kemudian, dapatkah satu bandingan intensitas luminasi dari dua sumber-sumber cahaya pada warna yang berbeda? Photometer kelap-kelip ditemukan untuk tujuannya, walau tingkat ketelitian diperoleh oleh kegunaannya yang tidak begitu tinggi. Aksinya dapat diandalkan pada dua prinsip-prinsip. Satu dari  itu tidak setuju pada sensasi yang dihasilkan/diproduksi ketika mata ditunjukkan pada cahaya yang mana intensitas fluktuasi dalam beberapa kali per detik.
Kita semua telah meneliti akibat ini ketika menjalani atau mengendarai sepanjang sisi dari tiang pagar tinggi, atau sebuah baris dari tempat pohon-pohon dengan dekat, ketika matahari bersinar melewati dari sisi lainnya. Prinsip kedua adalah apa yang disebut ketekunan dari penglihatan, kenyataannya bahwa kita melanjutkan untuk melihat objek-objek untuk waktu jangka pendek (kira-kira 0,1 detik). Setelah mereka telah berhenti mengirim cahaya apapun ke mata. Harusnya kita harapkan untuk mengukur intensitas relatif pada dua sumber-sumber cahaya dari warna-warna yang berbeda, katakanlah merah dan biru.
Mari kita tempatkan dua sumber pada sebuah posisi dalam satu sisi pada ditempatkannya perputaran disk yang layar dalam sisi lainnya merupakan diiluminasi alternatif oleh dua sumber. Ketika cahaya merah melewati lubang dan menembus layar, cahaya biru mati. Ketika lubang bergerak mundur dan mentransmit cahaya biru, cahaya merah mati. Memperlihatkan ketekunan penglihatan, mata tidak melihat warna secara terpisah. Karena prinsip pertama, layar akan pengkelap-kelip kurang itu sama dengan diiluminasikan oleh masing-masing sumber, sebuah kondisi dengan mudah dihasilkan oleh mengubah jarak dari cahaya-cahaya dari layar. Sinar cahaya Iluminasi dalam segala titik diekspresikan pada keadaan                                              (Glathart,1950)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1   PERALATAN DAN FUNGSI
1.      1000mm flait rail
Fungsi :  Sebagai tempat untuk meletakkan peralatan yang berhubungan dengan rail.
2.      Scientific incandescent lamp (lampu pijar)
Fungsi :  Sebagai sumber cahaya.
3.      Power  Supplay
Fungsi :  Sebagai sumber tegangan dan arus.
4.      Multimeter
Fungsi :  Untuk mengukur tegangan dan arus lampu pijar.
5.      Diafragma
Fungsi : Pengatur cahaya yang masuk.
6.      Optical chopper with control electronics
Fungsi : Untuk menghitung besarnya frekuensi cahaya.
7.      Broadband thermopile detector
Fungsi : Untuk mendeteksi cahaya yang akan diukur ke multimeter.
8.      Amplifier astu fasa
Fungsi : Untuk penguat daya arus.
9.      Jangka sorong
Fungsi : Untuk mengukur diameter diafragma.
10.  Kipas optical chopper
Fungsi : Untuk penghambur cahaya.
11.  Cok Sambung
Fungsi : Untuk digunakan sebagai penghubung ke arus PLN.

3.2  PROSEDUR
1.      Sediakan peralatan yang akan digunakan
2.      Rangkai peralatan dengan baik dan benar
3.      Ukur diameter diafragma
4.      Sambungkan semua peralatan percobaan dengan seumber arus listrik
5.      Hidupkan semua peralatan, seperti PSA, Multimeter, Lampu, dll
6.       Kemudian ukur arus dengan menggunakan multimeter
7.      Lalu tentukan frekuensi yang akan digunakan
8.      Ukur jarak kipas ke lampu pijar dengan jarak yang telak di tentukan
9.      Lakukan percobaan tersebut sampai beberapa kali
10.  Lalu catat hasil Vout yang dihasilkan

























DAFTAR PUSTAKA
Glathart, Ph.D, J. L.1950.COLLEGE PHYSICS. New York:McGraw-Hill Book Company,Inc.
Pages 492-494                                                
Halliday,D.1978.FISIKA.Jakarta:Penerbit Erlangga.
     Halaman : 584-587
Tooley.M., 1995. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Edisi kedua. Erlangga. Jakarta.
     Hal : 205-212














                                                                                                                  Medan, 27 Oktober 2015
                     Asisten                                                                                                Praktikan



         ( Andrianus Sembiring )                                                                            ( Reggy Zurcher )



BAB  IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Percobaan
       Arus         : 4 A
       Tegangan  : 14,6 V
       Frekuensi  : 181 Hz
       Diameter  : 15,5 mm

       Data dengan menggunakan optical optik
x ( cm )
V ( mV )
15
28,1
35
27,5
40
25,1
55
17,4

       Data dengan tidak menggunakan optical optik
x ( cm )
V ( V )
15
0,220
35
0,056
40
0,054
55
0,039





                                                                                                         Medan , 30 September 2015
            Asisten                                                                                                Praktikan ,



( Andrianus Sembiring )                                                                              (Reggy Zurcher)
4.2.Analisa Data
1.      Arus Cahaya   Fluks Cahaya
F = 4 I
F = 4 x 3,14 x 4
F = 16 x 3,14
F = 50,24 lumen
2.      Iluminasi ( E )
E =  =  =
              E =

E = 0,066 x 106
E = 66,6 x 103 Lux
3.      Luminasi ( B )
B =  ,   A   Luas Permukaan
B =
             B =

             B =
 
             B = 0,021 x 106 cd/m2
4.      Panjang Gelombang Cahaya
 =
             =

 = 0,08 m
5.      Menentukan Daya
Pout = Vout  I
·         Dengan menggunakan optical optik
a.       Pout1 = Vout1  I
Pout1 = 28,1 x 10-3 x 4
Pout1 = 112,4 x 10-3 watt


b.      Pout2 = Vout2  I
Pout2 = 27,5 x 10-3 x 4
Pout2 = 110 x 10-3 watt
c.       Pout3 = Vout3  I
Pout3 = 25,1 x 10-3 x 4
Pout3 = 100,4 x 10-3 watt
d.      Pout4 = Vout4  I
Pout4 = 17,4 x 10-3 x 4
Pout4 = 69,6 x 10-3 watt
·         Dengan tidak menggunakan optical optik
a.    Pout1 = Vout1  I
 Pout1 =  0,22 x 4
 Pout1 = 0,88 watt
b.   Pout2 = Vout2  I
 Pout2 = 0,056 x 4
 Pout2 = 0,224 watt
c.   Pout3 = Vout3  I
Pout3 = 0,054 x 4
Pout3 = 0,216 watt
d.   Pout4 = Vout4  I
Pout4 = 0,039 x 4
Pout4 = 0,156 watt
6.      Perbedaan Iluminasi dan Luminasi
     Iluminasi sering disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan atau dalam BSN disebut tingkat pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang .
E =
Keterangan :
E = iluminasi ( lux )
F = fluks cahaya ( lumen )
A = Luas permukaan bidang ( m2 )
     Luminasi merupakan suatu ukuran terangnya suatu benda , baik pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan
L =
Keterangan :
L    = luminasi ( cd/m2 )
I     = intensitas ( cd )
A   = luas semua permukaan ( m2 )
7.      Grafik Jarak ( x ) vs Tegangan ( v )
Tanpa menggunakan kipas
                                        JARAK vs TEGANGAN

Menggunakan kipas
                                       JARAK vs TEGANGAN



4.3. GAMBAR PERCOBAAN
















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan

1.  Prinsip Kerja
      Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Kebanyakan photometers mendeteksi cahaya dengan photoresistors, dioda atau photomultipliers. Untuk menganalisis cahaya, fotometer bisa mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui monokromator penentuan ditentukan panjang gelombang atau

2.
 3. Iluminasi (Pencahayaan) à Menjelaskan tentanginteraksi antara diameter dan permukaan
          sumber cahaya.
Luminasi                          à Tingkat permukaan suatu benda / sumber cahaya yang
          sampai ke arah pengamat.
     4.   Hal yang terpenting dalam intensitas cahaya yaitu panjang gelombang. Semakin besar panjang gelombang cahaya maka semakin besar pula intensitas cahayanya.

5.2.Saran
                  1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memahami materi, agar dapat menjawab responsi      dengan benar.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memahami nama-nama alat yang akan digunakan dalam praktikum.
3. sebaiknya praktikan selanjutnya lebih tertip dalam mengikuti praktikum.





DAFTAR PUSTAKA
Glathart, Ph.D, J. L.1950.COLLEGE PHYSICS. New York:McGraw-Hill Book Company,Inc.
Pages 492-494                                                
Halliday,D.1978.FISIKA.Jakarta:Penerbit Erlangga.
     Halaman : 584-587
Tooley.M., 1995. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Edisi kedua. Erlangga. Jakarta.
     Hal : 205-212















                                                                                                                     Medan, 30 maret 2015
                     Asisten                                                                                                Praktikan



         ( Andrianus Sembiring )                                                                            ( Reggy Zurcher )

Komentar